LaranganMembaca Puji-Pujian atau Sholawatan Sesudah Adzan ,menurut Kitab-Kitab Rujukan Ulama NU . KH. Sugiyanto ( Pengurus NU )
PECIHITAMORG - Pujian berasal dari bahasa Jawa yang artinya sanjungan hamba kepada Allah. Kemudian ini dijadikan Kajian Islam. Hukum Melantunkan Puji pujian Setelah Adzan Benarkah Bid'ah? Arif Rahman Hakim 21/11/2019 0. Sudah umum dan menjadi budaya yang baik di masyarakat bahwasanya setelah adzan dilakukan puji-pujian
Olehkarena itu sebaiknya puji-pujian itu berupa kalimat-kalimat yang mengandung dzikir, tasbih, takbir, tahlil, shalawat dan doa-doa dengan irama yang santun, terutama setelah adzan dikumandangkan. Ada beberapa hadits Nabi Saw, yang menyebutkan bahwa, doa-doa yang di baca sesudah adzan dan sebelum iqamat itu mustajabah (dikabulkan Allah).
SholawatNuril Mubin.Shollallãhu Robbunã 'Alã Nũril-Mubiin,Ahmadal-Mushthofã Sayyidil-MursaliinWa 'alã Ãlihi wa Shohbihi Ajma'iinAyo perbanyak Sholawa
Assalamualaikumwr wbDi channel Puji-pujian jawa setelah Adzan denganTerimaksih kepada seluruh pengunjung Channel ini.semoga vidio vidi
nabisaw), wiridan kolektif seusai shalat mengenai taqlid, k.h.m hasyim asy'ari berjamaah, puji-pujian antara adzan dan sebagai orang "tertua" dari kalangan iqamat, tahlilan (membaca kalimat tradisi menulis panjang lebar apa yang "thayyibah" la ilaha illallah dirangkai dimaksudkan dan arti penting taqlid bagi dengan bacaan-bacaan tertentu),
SETELAHADZAN SERING DENGERIN PUJIAN SHOLAWAT JAWA WIS WANCINE
tDQxjp.
Hukum membaca pujian setelah adzan. Foto istimewa Satu nilai spiritual kita yang orientasinya kepada Maha Kuasa Hablum Minallah, Sisi lain nilai spiritual adalah nilai social Hablum Minannas. Ini menjadi syiar bagi Islam itu sendiri. Misalnya shalat Jum’at, ibadah haji, adzan dan lain sebagainya. - Sebagian kaum muslim tidak dapat memahami hal ini dengan baik. Malahan sebaliknya, laku ibadah itu menjadi sumber perdebatan yang ujungnya bermuara pada pembelaan egosektoral sebuah kelompok tertentu. Sehingga yang terjadi adalah saling tuding bid’ah dan klaim-klaim primordial. Baca Ini Kata Ulama Tentang Sayyidina dalam Sholawat Sebut saja perdebatan mengenai hukum Khatib memegang tongkat dalam shalat Jum’at. Atau hukum berziarah ke tempat-tempat bersejarah di Makkah-Madinah ketika haji. Atau sekedar membaca shalawat setelah adzan dalam setiap shalat dan masih banyak lagi lainnya. Perdebatan semacam ini tidak harus terjadi apabila kaum muslimin memahami konteks sebuah laku ibadah pujian saat akan menjelang shalat ada kalanya berupa shalawat maupun doa. Shalawat setelah adzan berdasarkan hadis sahih ﺇﺫا ﺳﻤﻌﺘﻢ اﻟﻤﺆﺫﻥ، ﻓﻘﻮﻟﻮا ﻣﺜﻞ ﻣﺎ ﻳﻘﻮﻝ ﺛﻢ ﺻﻠﻮا ﻋﻠﻲ Sabda Nabi Jika kalian mendengar adzan maka ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin. Lalu bershalawatlah pada ku HR Muslim. Hukum Membaca Pujian Setelah Adzan ﺃﻓﺘﻰ ﺷﻴﺨﻨﺎ اﻟﺸﻮﺑﺮﻱ ﺣﻴﻦ ﺳﺌﻞ ﻋﻤﺎ ﻳﻔﻌﻞ ﻣﻦ اﻟﺼﻼﺓ ﻭاﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺒﻲ - ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻗﺒﻞ اﻹﻗﺎﻣﺔ ﻫﻞ ﻫﻮ ﺳﻨﺔ ﺃﻭ ﺑﺪﻋﺔ ﺑﺄﻧﻪ ﺳﻨﺔ ﺛﻢ ﺭﺃﻳﺖ ﺫﻟﻚ ﻣﻨﻘﻮﻻ ﻋﻦ ﺟﻤﺎﻋﺎﺕ ﻣﻦ ﻣﺤﻘﻘﻲ اﻟﻌﻠﻤﺎء. Artinya Guru kami Asy-Syaubari menfatwakan ketika ditanya tentang bacaan shalawat sebelum iqamah, apakah sunah ataukah bidah? maka beliau menjawab sunah. Kemudian saya temukan hal ini dikutip dari para ulama Hasyiyatul Jamal 1/310 Ada juga berupa do'a dengan landasan ﻋﻦ ﺃﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ، ﻗﺎﻝ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻻ ﻳﺮﺩ اﻟﺪﻋﺎء ﺑﻴﻦ اﻷﺫاﻥ ﻭاﻹﻗﺎﻣﺔ» Artinya Dari Anas bahwa Nabi SAW bersabda Doa tidak ditolak antara adzan dan iqamah HR Abu Dawud Perihal shalawat maupun do'a dibaca dalam bentuk syair, maka terlalu jelas hadits yang membolehkan membaca syair di masjid yang pernah dilakukan oleh Hassan bin Tsabit di hadapan Nabi SAW HR al-Bukhari dan Nabi tidak menyalahkannya. Baca Manfaat Membaca Sholawat Nariyah 4444 Kali Demikian ulasan terkait dengan sholawat atau do'a yang biasa di sebut dengan pujian syair setelah adzan selesai di perbolehkan dan itu sunah, sehinggan umat muslim jangan ragu untuk selalu membaca shalawat kepada Nabi SAW. Semoga ini membantu sahabat- sahabat yang lain. [dutaislam/ka]
Melestarikan Kembali Pujian Setelah Adzan Masih ingatkah anda? Dulu banyak sekali masjid disekitar kita yang menjalankan tradisi dengan membaca pujian setelah adzan. Namun seiring berjalannya waktu, disebagian daerah tradisi itu kini mulai ditinggalkan. Tampilnya “tokoh” yang anti toleransi dengan membawakan dalil yang menentang, membuat kerancuan ditengah masyarakat. Betapa besar manfaat dari tradisi pujian setekah adzan dalam pendidikan dan pembelajaran bagi masyarakat. Berapa banyak anak yang menghafal 20 sifat wajib Allah karena mereka mendengar dari suara pujian yang dilantunkan setelah dikumandangkan adzan. Dan juga nasehat lainnya yang berbentuk syair dari para ulama, yang merupakan tuntunan dalam menjalani kehidupan. Pujian setelah adzan walaupun dilafalkan dengan bahasa Jawa yang berisi beragam nasehat agama, namun selalu diiringi sholawat. Demikian pula sebaliknya dalam majelis sholawat, disisipkan beberapa bait nasehat agama. Hal ini karena, inti dari pujian setelah adzan adalah sholawat. Rasulullah Saw bersabda عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِي الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ “Apabila kamu mendengar muadzin mengumandangkan adzan, ucapkanlah seperti apa yang diucapkan. Kemudian bersholawatlah kepadaku, karena sesungguhnya barangsiapa yang bersholawat kepadaku satu kali niscaya Allah akan bersholawat kepadanya sebanyak sepuluh kali. Setelah itu mintalah kepada Allah al‐wasilah untukku, karena al‐wasilah itu suatu manzilah kedudukan yang mulia di surga, yang tidak sepatutnya diberikan kecuali untuk seorang hamba Allah. Dan aku berharap semoga akulah hamba itu. Maka barangsiapa yang memohon al‐wasilah untukku, ia akan mendapatkan syafaatku” no. 849 Persoalan pujian yang dikeraskan, jawaban Hasan bin Tsabit adalah dalil paling jelas dalam hal ini. عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ قَالَ مَرَّ عُمَرُ بِحَسَّانَ بْنِ ثَابِتٍ وَهُوَ يُنْشِدُ فِى الْمَسْجِدِ فَلَحَظَ إِلَيْهِ فَقَالَ قَدْ أَنْشَدْتُ وَفِيهِ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْكَ ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَى أَبِى هُرَيْرَةَ فَقَالَ أَسَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَجِبْ عَنِّى اللَّهُمَّ أَيِّدْهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ. قَالَ اللَّهُمَّ نَعَمْ. رواه أبو دادو والنسائي Dari Sa’id bin Musayyab ia berkata bahwa Umar bin Khaththab pernah berjalan melewati Hassan yang sedang melantunkan sya’ir di Masjid. Lalu Umar menegurnya dengan pandangan mata. Tetapi Hassan berkata; “Dulu saya pernah melantunkan syair di Masjid ini, yang ketika itu ada seseorang yang lebih mulia daripadamu yaitu Rasulullah.” Kemudian Hassan menoleh kepada Abu Hurairah seraya berkata; “Saya bersumpah kepadamu dengan nama Allah hai Abu Hurairah, pernahkah kamu mendengar Rasulullah berkata kepada saya, Hai Hassan, balaslah sya’ir orang-orang kafir untuk membelaku! Ya Allah ya Tuhanku, dukunglah Hassan dengan Ruhul Kudus” Abu Hurairah menjawab; “Ya, Saya pernah mendengarnya.” HR. Abu Dawud dan Nasa’i Seringkali pula, diantara bait puji-pujian itu diselingi syair doa. Rasulullah Saw bersabda الدُّعَاءُ بَيْنَ اْلأَذَانِ وَاْلإِقَامَةِ مُسْتَجَابٌ, فَادْعُوْا. رواه أبو يعلى “Do’a yang dibaca antara adzan dan iqamat itu mustajab dikabulkan oleh Allah. Maka berdo’alah kamu sekalian”. HR. Abu Ya’la Syaikh Amin al-Kurdi di dalam Tanwirul Qulub menegaskan, وَأَمَّا الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَقِبَ اْلأَذَانِ فَقَدْ صَرَّحَ اْلأَشْيَاخُ بِسُنِّيَّتِهِمَا, وَلاَ يَشُكُّ مُسْلِمٌ فِيْ أَنَّهُمَا مِنْ أَكْبَرِ الْعِبَادَاتِ, وَالْجَهْرُ بِهِمَا وَكَوْنُهُمَا عَلَى مَنَارَةٍ لاَ يُخْرِجُهُمَا عَنِ السُّنِّيَّةِ. “Adapun membaca shalawat dan salam atas Nabi SAW setelah adzan puji-pujian p Ustadz Muhammad Alhabsyi110, [ 1113] ara masyayikh menjelaskan bahwa hal itu hukumnya sunat. Dan seorang muslim tidak ragu bahwa membaca shalawat dan salam itu termasuk salah satu cabang ibadah yang sangat besar. Adapun membacanya dengan suara keras dan di atas menara itu pun tidak menyebabkan keluar dari hukum sunat” Pujian setelah adzan adalah suatu amaliah yang sangat jelas dalilnya. Maka, aneh jika terjadi kasus penghentian paksa’ di beberapa masjid. Masyarakat awam yang mengamalkannya ditekan dengan berbagai slogan dan dalil yang sebenarnya tidak nyambung namun dipaksakan sebagai argumen. Masyarakat awam yang tidak mampu berdalil, akhirnya menyerah dan kalah. Tindakan memaksakan kehendak inilah yang menyebabkan tidak terwujudnya ukhuwah islamiyah hingga kini. Mari kita lestarikan kembali pujian setelah adzan sebagai salah satu bentuk pembelajaran yang tepat sasaran untuk masyarakat. ✒️ Ustadz Muhammad Husein Al Habsyi 〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰 ? Facebook Page ? Telegram Channel loading... 2 people found this article useful 2 people found this article useful Comments comments
Pujian Puasa adalah doa yang dilantunkan oleh Mushola atau Masjid ketika menjelang Sholat Fardlu selama bulan Ramadan atau puasa. Pada Pujian Ramadhan ini biasanya melantunkan syair yang bersumber dari doa yang merupakan anjuran selama Ramadhan. Di Indonesia, Puji-pujian sebelum sholat fardlu sudah menjadi budaya. Jika di Jawa Timur, biasanya jamaah melantunkan puji-pujian setelah adzan, di antara adzan dan iqomat. Di beberapa daerah, jamaah melantukan puji-pujian sebelum adzan. Lalu apa sih pengertian pujian sebelum iqomat dan apa sih pujian yang khas bulan ramadhan? Pengertian Pujian Jelang Sholat Menurut situs resmi Nahdlatul Ulama mengatakan bahwa Puji-pujian dilantunkan di mushalla, langgar atau masjid merupakan nyanyian puitis yang bernuansa keagamaan. Jamaah biasanya akan melantukan Puji-pujian tersebut secara bersama-sama menjelang shalat Subuh, Dzhur, Ashar, Maghrib atau Isya sembari menanti datangnya anggota masyarakat lain yang turut mendirikan shalat berjamaah. Puji-pujian tersebut ada yang menggunakan bahasa Arab maupun bahasa daerah. Mungkin berkat susunannya yang ritmis, masyarakat menjadi mudah menghafal puji-pujian dan menyebar dari satu musala atau masjid ke musala lainnya. Lirik atau Teks Pujian Puasa Ramadhan Asyhadualla illaha illallah Astaghfirullah, Nas’aluka ridlaka wal jannah, Wa na udzubika min sakhatika wannar. Allahumma innaka affun karim, tuhibbul afwa fa’fu anna ya karim. Allahumma salimna li ramadlan, Wassalim ramadlana lana wa tasalamhu minna mutaqabbala. Itu lirik atau teks pujian ramadhan dalam tulisan latin, mohon maaf jika ada kekeliruan. Kami siap menerima koreksi jika ternyata lirik atau teks di atas salah. Selanjutnya apa sih arti dan makna teks pujian ramadhan di atas? Arti atau Makna Teks Pujian Puasa Ramadhan Saya bersaksi tiada tuhan selain Allah, saya mohon ampunan kepada Allah, kami mohon kepadamu ridlo, surga, mohon dijauhkan dari murkamu dan api neraka. Ya Allah engkau maha pemaaf lagi maha mulia, engkau mencintai pemaafan maka maafkanlah kami wahai dzat yang maha mulia. Ya Allah antarkanlah kami antarkanlah kami hingga sampai ramadlan, dan antarkanlah ramadlan kepada kami, dan terimalah amalan-amalan kami di bulan ramadlan. Itulah makna atau arti pujian puasa ramadhan di atas. Lagi-lagi kami menerima koreksi jika memang ada yang kurang. Waktu Pelantunan Pujian Puasa Ramadhan Pujian puasa dilantunkan mulai awal bulan puasa. Masyarakat akan melantunkan Pujian ramadhan ini pertama kali saat sesudah adzan shalat Isya’ di malam pertama ramadhan. Tergantung waktu pengambilan keputusan pemerintah melalui sidang itsbat juga sih. Pujian ini dilantunkan setiap sesudah adzan dan sebelum iqamat shalat wajib lima waktu selama bulan puasa. Biasanya juga dilantunkan saat ada acara-acara resmi yang bernuansa keagamaan selama bulan ramadhan. Seperti pengajian umum, pertemuan organisasi Islam dan lain-lain. Siapapun kamu yang pernah tinggal di sepanjang pantura Jawa kamu akan mendengarkan pujian ini sepanjang jalan selama bulan ramadan. Ketika kamu mendengarkan maka kamu akan merasakan betapa syahdunya bulan puasa. Saya sebagai perantau saya selalu mudik lebih awal, selain menghindari macet juga karena demi menikmati lantunan pujian-pujian ramadhan ini. Saya selalu kangen dengan suara langgar, mushola dan masjid berlomba melantunkannya. Ya Allah, saya kangen rumah dengan segala kesederhanaan dan kehikmadan menikmati bulanmu yang mulia ini. Untuk kamu yang tahun ini tidak dapat menikmati silaturahim ke rumah, tetaplah sabar. Berdoalah semoga di tahun depan kita bisa sama-sama menikmati bulan puasa serta hari raya idul fitri di kampung halaman tercinta. Selain pujian puasa, ada tradisi lainnya yang khas yaitu Pujian Setelah tarawih. Pujian ini dilantunkan setelah sholat tarawih selesai atau tepatnya setelah doa sholat witir. Sebagai penanda rangkaian sholat tarawih sudah usai. Jamaah melantunkan pujian setelah tarawih sambil bersalaman dengan jamaah lainnya untuk merekatkan tali silaturahmi. Demikian tulisan saya tentang pujian khas puasa. Tulisan yang penuh emosi karena saya kangen banget sama rumah di Tuban sana. Mari kita tutup dengan doa semoga kita semua dalam lindungan Allah SWT. Marhaban ya ramadan, bulan penuh berkah dan ampunan. Post Views 16,499
Foto IlustrasiNU Jember/Dok. Aswaja NU Jember Sebelum mengerjakan shalat maktubah, seringkali kita mendengar pujian sholawatan yang biasanya dikumandangkan setelah adzan dan sebelum iqamah. Tradisi pujian ini mengakar kuat di tengah masyarakat Nusantara selama puluhan tahun. Namun warisan tradisi leluhur tersebut, keberadaanya mulai terpinggirkan, bahkan kerap kali dituding sebagai amaliah tanpa berdalil. Amaliah yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Di sisi lain, hal tersebut dianggap mengganggu ketenangan orang yang sedang menjalankan ibadah sunah sebelum maktubah. Misalnya shalat sunnah qabliyah, dzikir, atau pun yang sedang berdoa, pasalnya pujian tersebut di kumandangkan secara jahr keras melalui speaker masjid atau mushalla. Lalu bagaiamanakah hukum sebenarnya tentang pujian sebelum sholat maktubah tersebut?. Benarkah sebagai amaliah yang menyalahi sunnah, dan dituding bid’ah? Mari kita simak ulasannya berikut ini Ada banyak sekali amalan sunnah yang dapat dikerjakan, baik sebelum maupun sesudah shalat. Diantara kesunnahan tersebut adalah mengumandangkan adzan, sebagai tanda masuknya waktu shalat. sebagaimana dalam Hadits riwayat Imam Bukhari Ø¥ÙØ°Ø§ ØØ¶Ø±Øª الصÙÙÙ„ÙØ§Ø© Ùليؤذن لكم Ø£ØØ¯ÙƒÙÙ… وليؤمكم أكبركم Artinya “Ketika telah tiba waktu shalat, maka hendaklah salah satu dari kalian mengumandangkan adzan, dan hendaklah yang menjadi imam bagi kalian ialah orang yang lebih tua dari kalian semuaâ€.  Saat adzan berlangsung, kesunnahan berikutnya ialah menjawab adzan, bershalawat kepada Nabi, dan menyelesaikannya dengan doa, seperti Hadits berikut ini Ø¥ÙØ°Ùا سÙÙ…ÙØ¹Ù’تÙÙ…Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ¤ÙذÙÙÙ†Ù ÙÙÙ‚ÙولÙوا Ù…ÙØÙ’Ù„Ù Ù…ÙØ§ ÙŠÙÙ‚Ùول٠ØÙÙ…Ù٠صÙÙ„ÙÙوا عÙÙ„ÙÙŠÙÙ ÙÙØ¥ÙÙ†ÙÙÙ‡Ù Ù…Ùنْ صÙÙ„ÙÙÙ‰ عÙÙ„ÙÙŠ صÙÙ„ÙØ§Ø©Ù‹ صÙÙ„ÙÙÙ‰ اللÙÙه٠عÙÙ„Ùيْه٠بÙÙ‡ÙØ§ Ø¹ÙØ´Ù’رًا ØÙÙ…Ù٠سÙÙ„Ùوا اللÙÙÙ‡Ù Ù„ÙÙŠÙ Ø§Ù„Ù’ÙˆÙØ³ÙÙŠÙ„ÙØ©Ù ÙÙØ¥ÙÙ†ÙÙÙ‡ÙØ§ Ù…ÙنْزÙÙ„ÙØ©ÙŒ ÙÙÙŠ الْجÙÙ†ÙÙØ©Ù Ù„ÙØ§ تÙÙ†Ù’Ø¨ÙØºÙÙŠ Ø¥ÙÙ„ÙÙØ§ Ù„ÙØ¹Ùبْد٠مÙنْ Ø¹ÙØ¨Ùاد٠اللÙÙÙ‡Ù ÙˆÙØ£ÙرْجÙÙˆ Ø£Ùنْ Ø£ÙÙƒÙون٠أÙÙ†ÙØ§ Ù‡ÙÙˆÙ ÙÙÙ…Ùنْ Ø³ÙØ£Ùل٠اللÙÙÙ‡Ù Ù„ÙÙŠÙ Ø§Ù„Ù’ÙˆÙØ³ÙÙŠÙ„ÙØ©Ù ØÙÙ„ÙÙØªÙ’ Ù„Ùه٠الشÙÙÙÙØ§Ø¹Ùة٠Artinya “Apabila kamu mendengar muadzin mengumandangkan adzan, ucapkanlah seperti apa yang diucapkan, kemudian bershalawatlah kepadaku, karena sesungguhnya barang siapa yang bershalawat kepadaku satu kali niscaya Allah akan bershalawat kepadanya sebanyak sepuluh kali. Setelah itu mintalah kepada Allah Al-Wasilah untukku, karena wasilah itu suatu kedudukan yang sangat luhur di surga, yang tidak sepatutnya diberikan kecuali bagi seorang hamba dari hamba-hambanya Allah, dan aku berharap akulah hamba tersebut, maka barang siapa yang memohon wasilah untukku maka dia mendapat syafaatkuâ€. Kesimpulan dari hadist tersebut ialah Pertama, Manakala seseorang mendengar adzan, maka sunnah menjawabnya dengan kalimat yang sama, kecuali pada kalimat “Hayya ala shalah dan hayya ala falah†yang dijawab dengan bacaan dzikir la hawla wala quwwata illa billah. Kedua, membaca sholawat kepada Nabi. ketiga, berdoa kepada Allah untuk memberikan wasilah kepada Nabi Muhammmad SAW. Berdasarkan pemaparan di atas, maka perintah bershalawat setelah adzan sejatinya berdasar pada sunnah Nabi, namun pada tataran praktiknya muadzin atau masyarakat mengemas shalawat dengan model pujian-pujian, menggunakan nada khas daerah masing-masing. Baik perseorangan, bersama-sama, maupun bergantian. Pujian shalawat tersebut biasa dilantunkan menggunakan speaker masjid dan dilakukan sebelum shalat berjamaah. Sehingga tradisi shalawat yang dikemas melalui model pujian seperti ini, menuai reaksi keras dari sebagian kalangan kecil yang menilainya sebagai amaliah bid’ah, dan tak pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW maupun sahabat. Benarkah demikian? Imam Ibnu Hajar al-Haitami, dalam kitab Fatawa Al- Fiqhiyyah Al-Kubra mengatakan ÙÙØ§Ø¦ÙØ¯ÙØ©ÙŒ Ù‚ÙØ¯Ù’ Ø£ÙØÙ’Ø¯ÙØÙ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ¤ÙذÙÙÙ†Ùون٠الصÙÙÙ„ÙØ§Ø©Ù ÙˆÙØ§Ù„سÙÙÙ„ÙØ§Ù…٠عÙÙ„ÙÙ‰ Ø±ÙØ³Ùول٠اللÙÙه٠عÙÙ‚ÙØ¨Ù Ø§Ù„Ù’Ø£ÙØ°Ùان٠لÙلْÙÙØ±ÙØ§Ø¦ÙØ¶Ù الْØÙÙ…Ù’Ø³ÙØ› إلÙÙØ§ الصÙÙØ¨Ù’ØÙ ÙˆÙØ§Ù„ْجÙÙ…ÙØ¹Ùة٠ÙÙØ¥ÙÙ†ÙÙÙ‡Ùمْ ÙŠÙÙ‚ÙØ¯ÙÙÙ…Ùون٠ذÙÙ„ÙÙƒÙ ÙÙيهÙÙ…ÙØ§ عÙÙ„ÙÙ‰ Ø§Ù„Ù’Ø£ÙØ°ÙØ§Ù†ÙØ› ÙˆÙØ¥ÙÙ„ÙÙØ§ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØºÙ’Ø±ÙØ¨Ù ÙÙØ¥ÙÙ†ÙÙÙ‡Ùمْ Ù„ÙØ§ ÙŠÙÙْعÙÙ„ÙونÙÙ‡Ù ØºÙØ§Ù„ÙØ¨Ù‹Ø§ Ù„ÙØ¶Ùيق٠وÙقْتÙÙ‡ÙØ§ØŒ ÙˆÙÙƒÙØ§Ù†Ù Ø§Ø¨Ù’ØªÙØ¯Ùاء٠ØÙدÙÙˆØÙ ذÙÙ„ÙÙƒÙ ÙÙÙŠ Ø£ÙÙŠÙÙØ§Ù…٠السÙÙلْØÙان٠النÙÙØ§ØµÙر٠صÙÙ„ÙØ§ØÙ الدÙÙين٠بْن٠أÙÙŠÙÙÙˆØ¨Ù ÙˆÙØ¨ÙØ£ÙمْرÙÙ‡Ù ÙÙÙŠ Ù…ÙØµÙ’Ø±Ù ÙˆÙØ£ÙØ¹Ù’Ù…ÙØ§Ù„ÙÙ‡ÙØ§. ÙˆÙØ³ÙØ¨ÙØ¨Ù ذÙÙ„Ùك٠أÙÙ†Ù٠الْØÙاكÙÙ…Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØÙ’Ø°Ùول٠لÙÙ…ÙÙØ§ Ù‚ÙØªÙل٠أÙÙ…ÙØ±Ùتْ Ø£ÙØÙ’ØªÙÙ‡Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ¤ÙذÙÙÙ†Ùين٠أÙنْ ÙŠÙÙ‚ÙولÙوا ÙÙÙŠ ØÙÙ‚ÙÙ ÙˆÙÙ„ÙØ¯Ùه٠السÙÙÙ„ÙØ§Ù…٠عÙÙ„ÙÙ‰ الْإÙÙ…ÙØ§Ù…٠الØÙÙØ§Ù‡ÙØ±ÙØŒ ØÙÙ…Ù٠اسْتÙÙ…ÙØ±Ù٠السÙÙÙ„ÙØ§Ù…٠عÙÙ„ÙÙ‰ الْØÙÙ„ÙÙÙØ§Ø¡Ù Ø¨ÙØ¹Ù’دÙه٠إلÙÙ‰ Ø£Ùنْ Ø£ÙØ¨Ù’ØÙÙ„Ùه٠صÙÙ„ÙØ§ØÙ الدÙÙÙŠÙ†Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ°Ù’ÙƒÙÙˆØ±Ù ÙˆÙØ¬ÙعÙÙ„Ù Ø¨ÙØ¯ÙÙ„Ùه٠الصÙÙÙ„ÙØ§Ø©Ù ÙˆÙØ§Ù„سÙÙÙ„ÙØ§Ù…٠عÙÙ„ÙÙ‰ النÙÙØ¨ÙÙŠÙÙ – صÙÙ„ÙÙÙ‰ اللÙÙه٠عÙÙ„ÙÙŠÙ’Ù‡Ù ÙˆÙØ³ÙÙ„ÙÙÙ…Ù -ØŒ ÙÙÙ†ÙØ¹Ù’Ù…Ù Ù…ÙØ§ ÙÙØ¹ÙÙ„ÙØŒ ÙÙØ¬ÙØ²ÙØ§Ù‡Ù اللÙÙÙ‡Ù ØÙيْرًا ÙˆÙÙ„ÙÙ‚ÙØ¯Ù’ Ø§ÙØ³Ù’تÙÙْتÙÙŠÙ Ù…ÙØ´ÙØ§ÙŠÙØÙÙ†ÙØ§ ÙˆÙØºÙيْرÙÙ‡Ùمْ ÙÙÙŠ الصÙÙÙ„ÙØ§Ø©Ù ÙˆÙØ§Ù„سÙÙÙ„ÙØ§Ù…٠عÙÙ„Ùيْه٠– صÙÙ„ÙÙÙ‰ اللÙÙه٠عÙÙ„ÙÙŠÙ’Ù‡Ù ÙˆÙØ³ÙÙ„ÙÙÙ…Ù – Ø¨ÙØ¹Ù’Ø¯Ù Ø§Ù„Ù’Ø£ÙØ°Ùان٠عÙÙ„ÙÙ‰ الْكÙيْÙÙÙŠÙÙØ©Ù الÙÙØªÙÙŠ ÙŠÙÙْعÙÙ„ÙÙ‡ÙØ§ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ¤ÙذÙÙÙ†Ùون٠ÙÙØ£ÙÙْتÙوْا Ø¨ÙØ£ÙÙ†ÙÙ Ø§Ù„Ù’Ø£ÙØµÙ’ل٠سÙÙ†ÙÙØ©ÙŒ ÙˆÙØ§Ù„ْكÙيْÙÙÙŠÙÙØ©Ù Ø¨ÙØ¯Ù’Ø¹ÙØ©ÙŒ ÙˆÙÙ‡ÙÙˆÙ Ø¸ÙØ§Ù‡Ùرٌ ÙƒÙÙ…ÙØ§ عÙÙ„ÙÙ…Ù Ù…ÙÙ…ÙÙØ§ Ù‚ÙØ±ÙÙØ±Ù’ته Ù…Ùنْ Ø§Ù„Ù’Ø£ÙØÙØ§Ø¯ÙÙŠØÙ Artinya “Para muadzin sungguh telah melakukan pembaharuan, yakni melantunkan bacaan shalawat dan salam kepada nabi setelah adzan shalat fardlu, kecuali di waktu subuh dan di waktu hari jum’at, mereka melantunkan shalawat tersebut sebelum adzan, dan kecuali pada waktu maghrib, mereka tidak melakukannya pujian shalawat karena waktu yang terbatasâ€. Tradisi ini awal mula ditemukan pada era kepemimpinan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi, yang memerintahkan masyarakat Mesir beserta pejabat setempat untuk mengamalkannya. Inisiatif itu bermula ketika raja Mesir yang bernama Hakim Al-Mahdul telah meninggal karena dibunuh. Adik perempuan dari Sultan Al-Hakim menginstruksikan kepada para muadzin untuk melantunkan pujian demi mengenang kematian kakaknya. Dengan melantunkan pujian setelah adzan yakni “salam sejahtera kepada imam yang suciâ€. Seiring berjalannya waktu, redaksi pujian tersebut di tambahkan dengan menyebut nama-nama mantan khalifah setelah Hakim Al-Mahdul. Sampai pada nama Salahudin Al-Ayyubi menjabat sebagai Sultan, beliau merevisi kebiasan tersebut dan menggantinya dengan bacaan shalawat dan salam kepada Nabi. Sungguh inisiatif yang sangat baik sekali. Atas dasar itulah, para ulama memberikan komentar tentang hukum pujian shalawat setelah adzan sesuai dengan cara-cara yg dilakukan oleh Muadz. Pada hakikatnya tradisi pujian tersebut adalah sunnah, mengenai tata caranya adalah bid’ah. Syekh Wahbah Al-Zuhaili dalam kitab Fiqh al-Islami Wa Adillatuhu menyatakan bahwa bid’ah yang dimaksudkan di sini, oleh para fuqoha’ diarahkan pada bid’ah hasanah yang memiliki dasar sunnah. Baca juga Sejarah Peralihan Kiblat Umam Islam, dan Adanya Masjid Dua Kiblat Senada dengan pernyataan tersebut, Syaikh Amin al-Kurdi dalam kitab Tanwir al-Qulub menyatakan واما الصلاة والسلام على النبي صلى الله عليه وسلم عقب الأذن Ùقد ØµØ±Ø Ø§Ù„Ø£Ø´ÙŠØ§Ø Ø¨Ø³Ù†ØªÙ‡Ù…Ø§ ولا يشك مسلم ÙÙŠ أنهما من أكبر العبادات والجهر بهما وكونهما على منارة لا ÙŠØØ±Ø¬Ù‡Ù…ا عن السنية Artinya “Adapun hukum membaca pujian shalawat dan salam kepada Nabi setelah adzan, para masyakhi menjelaskan bahwa hukum keduanya ialah sunnah, dan seorang muslim tidak boleh meragukan bahwa shalawat dan salam merupakan salah satu ibadah yang sangat besar pahalanya, adapun mengumandangkannya dengan suara keras yang dilakukan di atas menara atau speaker, tidak menjadikan shalawat dan salam tersebut keluar dari hukum keseunnahannyaâ€. Dari beberapa penjelasan di atas, maka melantunkan pujian shalawat setelah adzan dan sebelum Iqomah, hukumnya tidak bid’ah, bahkan selaras dengan sunnah dan merupakan anjuran para ulama salafus shalih. Jadi sangat disayangkan sekali bilamana tradisi pujian tersebut kini mulai ditinggal oleh generasi millenial saat ini. Seharusnya sebagai generasi millenial, kita harus senantiasa melestarikan warisan para leluhur yang mengajarkan Islam melalui dakwah yang rahmah dan ramah, serta menghormati kearifan budaya masyarakat Nusantara. Penulis M. Asep Jamaludin Az-zahid, Sekretaris LBM NU Jember.
larangan puji pujian setelah adzan